Jakarta (benchmarknews.co) – Bursa Efek Indonesia (BEI) mengusulkan digitalisasi pencatatan saham perusahaan. Jika usulan yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tersebut terlaksana, maka akan meringkaskan skema penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).
Menurut Direktur Utama BEI Tito Sulistio, digitalisasi bisa mengefektifkan waktu pelaksanaan IPO “Bila itu terealisasi maka proses IPO saham bisa hanya delapan pekan sudah selesai,” ujar Tito di Jakarta, Kamis (3/3).
Di samping digitalisasi pencatatan saham, BEI juga akan memperkuat permodalan perusahaan anggota bursa atau emiten. Dengan upaya ini, perusahaan sekuritas Tanah Air dapat bersaing dengan perusahaan sejenis di kawasan Asean.Tito mengtatakan, saat ini batas minimal modal perusahaan angogota bursa di Indonesia masih rendah. Yakni US$ 2 juta atau sekitar Rp 25 miliar. Angka tersebut jauh di bawah Thailand sebesar US$ 15 juta,dan Singapura US$ 150 juta.
Sementara itu, terkait potensi investor pasar modal Indonesia, Tito menegaskan, potensinya masih sangat besar, Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BEI dan AC Nielsen, peningkatan jumlah investor dipengaruhi oleh sosialisasi dan edukasi dari regulator.
“:Jika tidak ada sosialisasi dan edukasi, maka potensi investor dalam lima tahun ke depan hanya mencapai 900 ribu orang,” ujar Tito.
Penulis : Pamudji Slamet
Editor : Pamudji Slamet